wahai jantan semata pangkur
beliung mencangkul ladang-ladang subur
bangkiskan bersin pertama
tunas meretas tudung hara
harap terperam, o Ibu
meringkuk di relung garbamu
sedang kami sibuk memahat tugu
tangkur yang berabad-abad layu
layuh oleh zaman yang lelah
didera arus dan badai
lumpuh oleh teluh dan tulah
demam amarah syahwat tak sampai
sampar mengambang di atap rumah
mengabut di paru-paru yang basah
kutukan di tebing-tebing karst
gigil oleh hawa yang lengas
patahan gegar, batuan gugur
sesar serupa keriput dahi
kerak tempurung gunung kapur
setua kisah dalam hikayat kami
demi keangkuhan karang
kami pahatkan lingga di bungkah padas
di larik-larik tembang yang ranggas
di pohon-pohon berbatang keras
kejantanan yang menegang
mengkilat di batang pangkur
mencangkuli ladang-ladang
menggali yang lama terkubur
takabur lengan teracung
adalah air mata para wiku
perawi kitab di rambut para ibu
di setiap helainya terselip kidung
tembang kanak-kanak
dan arus sungai
membilas angkara
saat senja usai
angkur lembing menghunjam
jantung negri yang suram
pendar kandil kian temaram
membekap rembang malam
saat fajar meluncur
senandung siapa jatuh lantak
sedang syair telah menyimpang alur
dan gambang telah sumbang, retak
pangkur, o pangkur
tumpul sudah mata bajak
tangkur, o tangkur
tumpul sudah lingga sajak
_____________________
KETERANGAN:
- Macapat: bentuk tembang Jawa yang dinyanyikan dalam empat ketukan. Dikenal sebelas macam tembang macapat yang memiliki aturan persajakan, lagu dan tema masing-masing: Pocung, Gambuh, Pangkur, Sinom, Dandang Gula, Kinanthi, Megatruh, Asmarandana, Maskumambang, Mijil dan Durma. Judul sajak ini digelincirkan dari nama salah satu tembang macapat, Pangkur.
- Pangkur (dalam sajak ini): beliung; cangkul
- Tangkur: alat kelamin jantan pada binatang (biasanya mengacu pada buaya)
- Layuh: lumpuh
- Teluh: tenung, sihir
- Sampar: wabah penyakit
- Wiku: empu; resi; kawi
Reply