lalu kami coba membuka lagi kelopak mata di dalam dada kami agar kembali dapat kami baca aksara yang dibisikkan angin dingin kemarau dini hari. agar kembali dapat kami tafsirkan notasi-notasi sayup-sayup ke dalam kalimat-kalimat lugas, meski patah-patah. meski gagap.
betapa
di tengah pikuk riuh huruf-huruf yang berebut kata-kata, berebut kalimat dan paragraf
tak mudah sungguh
membaca angin yang cuma sebentar berlabuh
dalam dada yang begini gaduh.
Please follow and like us:
Reply